Kamis, 22 April 2010

Harusnya Aku yang Layak Dikasihani

Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, namun hari ini terasa sangat dingin. Dijalanan hanya sesekali terlihat mobil yang melintas, hari ini memang hari libur, membuat semua orang malas untuk beraktifitas, namun diperempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti dilampu merah. Dia membiarkan tubuhnya basah diguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi dagangannya dengan lembaran plastik.
"Korannya Bu !", seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.
Dari balik kaca mobil si Ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenunganak sekecil ini harus berhujan-hujanan untuk menjual koran, lalu si Ibu mengeluarkan satu lembar uang Dua Puluh Ribuan dari lipatan dompetnya, dan membuka sedikit kaca jendela mobilnya untuk mengulurkannya kepada Umar.
"Mau koran yang mana Bu..?, tanya Umar dengan riang".

"nggak usah, ini untuk kamu makan, kalau koran tadi pagi saya sudah baca, jawab si Ibu".
si Umar kecil tampak terpaku, kemudian menjulurkan kembali uang Dua Puluh Ribuan yang dia terima, " Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau Ibu mau beli koran silahkan, namun apabila Ibu memberikannya secara cuma-cuma, mohon maaf Bu, saya tidak bisa menerimanya", Umar berkata dengan wajah penuh ketulusan.
Dengan geram si Ibu menerima kembali pemberiannya, dengan raut muka yang tampak kesal, dengan cepat ia naikkan kaca jendela mobilnya. Dari dalam mobil dia menggerutu "sudah miskin sombong lagi!". Sambil kakinya menginjak pedal gas karena lampu telah berganti warna hijau, meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya.
Umar berlari lagi kepinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding Ruko dimana tempatnya dia berteduh tadi. Tangan kecilnya sesekali mengusap wajahnya untuk menghilangkan butiran-butiran air hujan yang masih menenmpel, sambil termenung dia menatap nanar Rintik-rintik air haujan didepannya.
" Ya tuhan, hari ini belum satupun koranku ada yang membelinya", gumamnya lemah.
Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh diemperan Ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar. Tiba-tiba didepannya ada sebuah mobil berhenti, seorang bapak bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah.
"Dasar tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk", Dengan penuh kebencian dicampakkannya satu kantong plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali kedalam mobilnya.
Umar dengan langkah sigap menghampiri laki-laki tersebut yang ada didalam mobil.
"Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja Bapak buang untuk saya makan", pinta Umar dengan penuh harap.
Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta izin. Muncul perasaan belas kasihan dari lubuk hatinya.
"Nak, Bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau...?".
"Terima kasih Pak. satu kantong gorengan itu sudah cukup bagi saya, bolehkan Pak...?"tanya Umar sekali lagi.
"Bbbbbbbeleeeooooolllllleeeeeh....", jawab pria tersebut sambil tertegun.
Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia. Dia mulai makan gorengan itu, sesekali ia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.
Dari dalam mobil, sang Bapak terus memandangi Umar yang sedang asik memakan gorengan yang telah dibuangnya barusan. Dengan perasaan berkecamuk, laki-laki itu menghampiri Umar.
"Nak, bolehkah Bapak bertanya..?, kenapa kamu harus meminta izinke untuk mengambil makanan yang telah aku buang...?", dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil didepannya dengan penuh perasaan iba.
"Karena saya melihat Bapak yang membuangnya, dan saya akan merasakan enaknya makanan hallal ini, kalau saya bisa meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya, meskipun buat Bapak mungkin sudah tidak berharga, namun bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum memakannya". Jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.
Pria itu sejenak terdiam dalam hatinya, dalam batinnya berkata 'anak ini sangat luar biasa'. "satu lagi nak, aku iba melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan yang lain, yang lebih layak, namun kamu menolaknya...?".
Si anak kecil tersenyum dengan manis.
, "Maaf Pak, bukan maksud saya menolak rejeki yang Bapak berikan, buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup, kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain, yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.
"Namun bukankah kamu menyia-nyiakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makanan direstoran, dimana aku yang mentraktirnya", ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi  karena merasa anak didepannya berfikir keliru. Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh.
"Bapak !, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan Bapak mengizinkan saya untuk memakannya", Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali, "Saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup puas atas anugrah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali dikemudian hari". Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki didepannya untuk berpamitan dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali.
"Kalau hari ini saya makan direstoran dan menikmati kelezatannya, dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali, sementara Bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiannya...?".
Pria tersebut masih saja terpana, dan dia mengamati anak kecil didepannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.
"Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GRATIS SMS KE SEMUA OPERATOR

Layanan SMS gratis tak terbatas (Unlimited Free SMS). Dapat digunakan kemana saja. Ke semua operator di Indonesia. Dan ini semua untuk anda...